LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
“PEMBUATAN TABLET DENGAN METODE
GRANULASI BASAH”
Disusun oleh :
Kelompok : A
Galau M E B P M (17113120A)
Nining kurniasih (17113256A)
Vini Karus S
(17113246A)
TANGGAL PRAKTIKUM : Surakarta, 1
Oktober 2012
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2012
I.
TUJUAN
Membuat tablet vitamin
B6 secara granulasi basah
II.
DASAR TEORI
Tablet adalah
sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. (FI IV,
Hal 4)
Kriteria Tablet
Suatu tablet
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non
aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang
homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat
terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus
memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus
memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu
lingkungan;
7.
Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup
lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan
secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan
Farmakope yang berlaku.
Keuntungan
Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu
:
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral
yang paling banyak dipilih;
2. Tablet
memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3. Tablet dapat
mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses
pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4. Bebas dari
air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai
keuntungan,antara lain :
1.
Volume
sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang
paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan;
2. Tablet
merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti)
dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan
ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
3. Dapat
mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4. Tablet
merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet
sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif
yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
7. Pemberian
tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan
langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram
atau berhiasan timbul;
8. Tablet
paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan,
terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera
terjadi;
9. Pelepasan
zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10. Tablet dapat
disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan
untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat
diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih
mudah;
13. Tablet
merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik,
dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah
yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
· Capping : pemisahan
sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan tablet
· Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau
lebih
·
Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet
terpotong
·
Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering
di bagian atas-tengah
· Picking :
perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch
·
Sticking : keadaan dimana granul menempel pada
dinding die (ada adhesi)
· Mottling : keadaan
dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata
Jenis
Sediaan Tablet
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a.
Tablet Kempa
Dibuat
dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul
menggunakan pons/cetakan baja.
b.
Tablet Cetak
Dibuat
dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk
selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.
Metode Pembuatan Tablet
Sediaan
tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,
granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet
ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat
tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya,
besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
Berikut
merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a. Granulasi Basah
Yaitu
memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih
besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan
apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang
sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik.
Prinsipdari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan
pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian
masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan
ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke
dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan
memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang
ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling
penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran
dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah
bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa
dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau
oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan
meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan
granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang
dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
· Memperoleh aliran yang baik
· Meningkatkan kompresibilitas
· Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
· Mengontrol pelepasan
· Mencegah pemisahan komponen campuran selama
proses
· Distribusi keseragaman kandungan
· Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan
metode granulasi basah:
·
Banyak tahap dalam proses produksi yang harus
divalidasi
·
Biaya cukup tinggi
·
Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan
panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan
dengan pelarut non air
b. Granulasi Kering
Disebut
juga slugging, yaitu
memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini
adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,
ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan
untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa
langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan
dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch
sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada
proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul
yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat
belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi
kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor
yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai
dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan
dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara
penggiling.
Metode
ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
o
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
o
Zat aktif susah mengalir
o
Zat aktif sensitif terhadap panas dan
lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
·
Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan
larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
·
Baik untuk zat aktif yang sensitif
terhadap panas dan lembab
·
Mempercepat waktu hancur karena tidak
terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
·
Memerlukan mesin tablet khusus untuk
membuat slug
·
Tidak dapat mendistribusikan zat warna
seragam
·
Proses banyak menghasilkan debu sehingga
memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
c. Metode Kempa Langsung
Yaitu pembuatan tablet
dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui
perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis,
dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif
yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr
dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak
mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung
dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air
(cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa
langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal,
dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan
keuntungan metode kempa langsung yaitu :
·
Lebih
ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
·
Lebih
singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang
diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.
·
Dapat
digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
·
Waktu
hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi
langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,
sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
o Perbedaan
ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat
menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan
kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
o
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak
mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula
agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin
banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat
seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning.
Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama
pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul
terganggu.
o
Sulit dalam pemilihan eksipien karena
eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang
baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik
III.
ALAT DAN BAHAN
ALAT : Timbangan
Ayakan nomor 16
Ayakan nomor 18
Mortir
Stamper
Mesin tablet single punch
Beaker glass
Batang pengaduk
BAHAN : Vitamin B6
Amilum
Laktosa
Magnesium stearat
Aqua destilata
IV.
CARA KERJA
1. Buat
muchilago amilli 10% dengan cara campurkan amilum dengan aqua destilata panas
didalam beaker glass, aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai terbentuk
muchilago
2. Masukan
amillum kedalam lumpang, gerus halus
3. Tambahkan
lactosa sedikit demi sedikit gerus homogen
4. Tambahkan
vitamin B6 sedikit demi sedikit gerus homogen
5. Tambahkan
muchilago amilli sedikit demi sedikit sambil diaduk, sampai terbentuk masa yang
siap digranulasikan
6. Ayak
adonan dengan ayakan no. 16
7. Keringkan
di oven pada suhu 50o-60o C
8. Setelah
benar-benar kering, ayak kembali dengan ayakan no. 18
9. Campur
masa yang sudah diayak dengan magnesium stearat sebagai bahan pelicin selama
lima menit
10. Cetak
dengan mesin tablet single punch dengan bobot tablet 250 mg
V.
PENGOLAHAN DATA/PERHITUNGAN
Formula
tablet vitamin B6
BAHAN
|
FORMULA
(mg)
|
Vitamin
B6
|
50
|
Granulatum
simplex
(amilum
: laktosa = 1 : 1)
|
195
|
Magnesium
stearat
|
5
|
Bobot
tablet
|
250
|
Perhitungan
bahan (untuk 50 tablet)
Vitamin B6 = 50 mg x 50 = 2500 mg
Granulatum simpex = 195 mg x 50 = 9750 mg
·
Amilum =
x 9750 mg =
4875 mg

·
Laktosa =
x 9750 mg =
4875 mg

Mg stearat = 1% x berat granul
= 1% x 11,3 gram
= 0,113 gram
Hasil
Berat granul kering
(tanpa Mg stearat) = 11,3 gram
Berat granul kering
(dengan Mg stearat) = 11,3 gram +
0,113 gram
=
11,413 gram
Jumlah tablet =
20 tablet
Bobot rata-rata tablet = 0.5707
gram
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi sediaan
padat ini, memiliki tujuan utama agar mahasiswa dapat memformulasikan tablet
dengan zat aktif yang telah ditentukan oleh dosen. Zat aktif yang diberikan
adalah vitamin B6 atau piridoksin HCl, vitamin B6 dengan
sifat-sifatnya seperti tahan terhadap panas, tahan terhadap air dan memiliki
sifat aliran yang baik. Dengan melihat karakteristik dari vitamin B6
ini, vitamin B6 dapat dibuat dengan 2 pilihan metode pembuatan
tablet yakni granulasi basah dan cetak langsung, granulasi basah dapat
dilakukan jika zat aktif tahan terhadap pemanasan dan air sedangkan cetak
langsung dapat dilakukan jika zat aktif mempunyai sifat alir yang baik. Karena
vitamin B6 ini dapat dibuat dengan kedua metode tersebut diputuskan untuk
dibuat dengan metode granulasi basah, dengan granulasi basah tablet yang
dihasilkan akan lebih kuat karena penambahan zat pengikat dalam bentuk
mucilago, pengikat bentuk ini memiliki daya kohesi yang kuat untuk menyatukan
serbuk-serbuk tablet dan membentuk ikatan granul-granul sehingga
terbentuk tablet yang memiliki kekompakan yang tinggi. Dengan kekompakan tablet
yang tinggi menjadikan tablet tidak mudah pecah, rapuh, ataupun retak.
Pada formulasi pembuatan vitamin B6
digunakan bahan tambahan sebagai pengikat yang berupa mucilago amili. Bahan
pengikat disini bertujuan guna mengikatan masa granul dengan serbuk yang ada
sehingga bahan obat tidak akan rapuh atau mudah pecah. Dalam pemberian bahan
pengikat, perbedaan penggunaan bahan pengikat akan mengakibatkan suatu pengaruh
pada kekerasan tablet, kelembaban granul dan pengeringan granul. Komponen bahan
tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet B6 adalah bahan
pengisi atau ( diluent ) bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan vitamin
B6 adalah laktosa, karena laktosa sering digunakan atau biasa digunakan. Selain
itu laktosa memiliki sifat yang tidak O.T.T (Obat Tidak Tercampurkan) dengan
komponen lain terutama dengan zat aktifnya sendiri serta harganya pun murah. Selain
itu pengisi juga dapat meningkatkan daya kohesi antar serbuk dan dapat
memperbaiki sifat alir granul dalam hopper. Tablet yang dibuat dengan
penggunaan laktosa menunjukan laju pelepasan zat aktif yang baik, granul yang
dihasilkan akan cepat kering dan menunjukan waktu hancur yang bagus.
komponen yang lain
dalam pembuatan B6 adalah bahan tambahan sebagai bahan penghancur, zat yang
berguna untuk meningkatan daya hancur dan memperbaiki disolusi dari tablet,
pada proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah zat penghancur
ditambahkan pada saat proses granulasi. Ketika tablet dikonsumsi, tablet
kemudian akan masuk dalam tubuh dan berkontak dengan cairan dalam saluran
pencernaan, dengan adanya komponen penghancur, tablet akan mengembang dan
selanjutnya pecah menjadi granul - granul, kondisi ini karena pengaruh
penghancur luar, selanjutnya granul - granul pecah dengan adanya penghancur
dalam. Hal ini sangat berpengaruh terhadap waktu hancur dan pelepasan zat
aktif. Waktu hancur dari tablet menjadi bertahap sehingga kadar zat aktif dalam
darah dapat dikontrol dan tidak langsung memberikan konsentrasi yang maksimal
karena dikhawatirkan akan mencapai efek toksik. Komponen bahan penghancur yang
digunakan dalam praktikum adalah amilum kering, karena amilum sudah sangat
sering digunakan sebagai penghancur, karena dapat menunjukan proses
penghancuran yang bertahap, dan tidak OTT ( Obat Tidak tercampurkan ) dengan
komponen lain.
Bahan pelicin, bahan pelicin ini
ditambahkan setelah proses granulasi selesai, bahan pelicin digunakan untuk
melicinkan tablet dalam proses pengempaan atau pencetakan. massa cetak tablet
dapat menempel pada dinding punch maupun die ini akan berpengaruh pada
penampilan tablet dalam hal bentuk dan akan timbul masalah pada tablet yaitu
sticking dan picking, atau terjadi gesekan sisi tablet dengan dinding ruang
cetak tablet, hal ini mengakibatkan suatu tablet dapat berkurang estetikanya.
Penampilan yang berubah, tidak seragam dan rapuh atau malah tablet tidak
berhasil dikempa setelah pengempaan tablet akan hancur tanpa di sentuh. Menurut fungsinya bahan pelincin dapat
dikategorikan menjadi 3 macam yaitu : lubrikan, antiadheren, dan glidan. Jenis
pelicin yang pertama adalah lubrikan, Dengan adanya lubrikan ini membuat punch
dan die lebih mudah dalam bergerak dan tablet yang dihasilkan memiliki bentuk
yang baik. Lubrikan yang digunakan dalam formulasi ini adalah Mg-stearat
merupakan lubrikan yang tidak larut air, karena akan lebih efektif tetapi
memiliki kekurangan akan menambah lama waktu hancur dari tablet, lubrikan pun
dapat mengurangi ikatan antar partikel pada tablet sehingga kekerasan tablet
dapat berkurang. Jenis pelincin yang lain adalah antiadherent dan glidan,
antiadherent berfungsi untuk mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada
permukaan punch, dan glidant mempunyai fungsi memperbaiki sifat aliran granul.
Komponen yang digunakan sebagai antiadherent dan juga berfungsi sebagai glidant
adalah talkum, talkum biasa digunakan sebagai komponen ini, tidak OTT ( obat
tidak tercampurkan ) dengan komponen lain, dan sebagai glidant akan menutupi
permukaan partikel yang tidak beraturan. Dengan kombinasi ini tablet yang
dihasilkan dapat dengan mudah dicetak, tidak melekat pada dinding punch dan
memiliki bentuk sempurna. Penambahan komponen pelicin ini dilakukan sesaat
sebelum pencetakan, karena jika ditambahkan sebelumnya dalam rentang waktu yang
cukup lama atau melalui pengocokan yang terlalu lama, pelicin yang bersifat
hidrofob akan menutupi seluruh permukaan granul sehingga setelah dicetak dan
dilakukan uji waktu hancur akan didapat waktu yang terlalu lama karena granul
yang telah menjadi tablet akan semakin sulit untuk dibasah.
Pencetakan pencetakan dilakukan
setelah semua bahan benar – benar tercampur, serta pemberian pelicin telah
dilakukan. Dalam praktikum menggunakan mesin kempa single punch. Setelah
penempaan selesai dilakukan uji fisik obat terhadap tablet B6 yang dibuat.
VII.
KESIMPULAN
·
Pada pengkajian praformulasi, kita dapat
mengetahui secara jelas sifat dan karakteristik vitamin B6 sebagai bahan aktif
dan beberapa bahan tambahan yang digunakan sehingga dapat menghasilkan tablet
yang kompak dan bagus baik secara fisik maupun kimia.
·
Metode pembuatan tablet vitamin B6 dapat
dilakukan dengan cara granulasi basah maupun dengan metode cetak langsung.
Karena berdasarkan kajian praformulasi vitamin B6 memiliki sifat tahan terhadap
air dan pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik.
·
Pemilihan bahan tambahan sangat
mempengaruhi sifat fisik dari suatu obat mulai dari tingkat
kekerasan,kerapuhan,disolusi,dll
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
·
The Theory &
Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar Validasi, Hal 26
§ Anief,
Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
§ Anief,
Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.
§ Ansel,
Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI
press.
§ Ganiswarna,
Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : UI
press.
§ Harjasaputra,
Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian
Medipress.
§ Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta :
PT. Anem Kosong Anem.
§ Panitia
Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta :
Depatemen Kesehatan RI.
§ Panitia
Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
§ Reynold,
James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition.
London : The Pharmaseutical Press.
§ Tjay,
Tan Hoan,dkk. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia.
§ Waide,
Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients.
Second edition. Washington : American Pharmaseutical Association
Tidak ada komentar:
Posting Komentar