LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KROMATOGRAFI
“KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS DENGAN DENSITOMETER (TLC SCANNER) I DAN II”
Disusun
oleh :
Dinda
Nur M (17113117A)
Lenny
Agustinasari (17113129A)
Vini
Karus S (17113246A)
Kelompok
: 2
Surakarta,
22 September 2012
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
SETIA BUDI
SURAKARTA
2012
I.
JUDUL PRAKTIKUM
Kromatografi Lapis
Tipis Secara Densitometer (TLC scanner) I dan II
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk memperoleh
panjang gelombang ( λ ) maksimum dan area dari setiap noda / bercak pada lempeng
KLT
III.
DASAR TEORI
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan
untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada
tahun1903 oleh Tswett, ia telah menggunakanya untuk pemisahan senyawa-senyawa
yang berwarna, dan nama kromatografi diambilkan dari senyawa yang berwarnna.
Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa senyawa yang berwarna tak lama
dan hampir kebanyakan
pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukan pada
senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.
Pada dasarnya cara kromatografi menggunakan
dua fasa, yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile). Karena fasa
gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi.
Keempat macam sistem kromatografi tersebut adalah :
1) Fasa
gerak zat cair, fasa tetap zat padat (Kromatografi serapan)
·
Kromatografi lapis tipis
·
Kromatografi penukar ion
2) Fasa
gerak gas, fasa tetap zat padat
·
Kromatografi gas padat
3) Fasa
gerak zat cair, fasa tetap zat cair (Kromatografi partisi)
·
Kromatografi kertas
4) Fasa
gerak gas, fasa tetap zat cair
·
Kromatografi gas-cair
·
Kromatografi kolom kapiler
Kromatografi
lapis tipis
Kromatografi
lapis tipis dibagi menjadi kromatografi
lapis tipis preparatif dan kromatografi lapis tipis sentrifugal.
Kromatografi lapis tipis
preparatif (KLTP) adalah salah satu metode yang memerlukan pembiayaan paling
murah dan memakai peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan
dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP
bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam sebagian
besar publikasi mengenai isolasi bahan alam.
Ketebalan
penjerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada KLTP adalah sekitar 0,5-2
mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x 20 cm atau 20 x 40 cm. Pembatasan
ketebalan lapisan dan ukuran pelat sudah tentu
mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP. Penjerap yang
paling umum digunakan ialah silika gel dan dipakai untuk pemisahan campuran
senyawa lipofil maupun campuran senyawa hdrofil.
Cuplikan
pada KLTP dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat KLTP.
Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri ( heksana, diklorometana, etil asetat),
karena jika pelarut kurang atsiri akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi
cuplikan harus sekitar 5% - 10%. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus
sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita.
KLTP
klasik mempunyai beberapa kekurangan, kekurangan yang utama adalah pengambilan
senyawa dari pelat yang dilanjutkan dengan pengekstrasian dari penjerap. Jika
senyawa beracun harus dikerok dari pelat, dapat menimbulkan masalah yang serius
(misalnya Adolf dkk. 1982). Kekurangan yang lainya ialah jangka waktu yang
diperlukn untuk pemisahan dan adanya pencemar dan sisa dari pelat sendiri
setelah pengekstrasian pita yang mengandung senyawa yang dipisahkan dengan
pelarut (Szekely 1983).
Untuk
mengatasi beberapa masalah tersebut, beberapa pendekatan yang melibatkan
kromatografi sentrifugal telah dicoba. Pada prinsipnya kromatografi sentrifugal
adalah kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleh gaya
sentrifugal.
IV.
ALAT DAN BAHAN
ALAT : TLC Scanner CS – 930 IPC Shimadzu
BAHAN
: Lempeng KLT yang telah dielusi dan berisi standar dan campuran sampel
V.
CARA KERJA
·
Menghubungkan alat TLC Scanner CS – 930 IPC kemudian
ON – kan
·
Meletakkan lempeng KLT yang akan diAnalisa pada
lempeng yang telah di letakkan
·
Menentukan letak sumbu x, catat angka yang terlihat
·
Menentukan letak sumbu y, catat angka yang terlihat
·
Menentukan angka awal analisis dan akhir analis
(bercak). Catat kedua angka yang terlihat
·
Memasukkan semua angka tersebut pada program
·
Menentukan panjang gelombang analisis yang akan
digunakan serta sesuaikan dengan dengan sumber cahayanya ( UV : 190 – 380 nm;
360 – 900 nm )
·
Untuk memperoleh data kromatografi yang baik, lakukan
integrasi secara manual
·
Mengulangi percobaan dengan cara merubah panjang
gelombang dan atau merubah letak analisis pada noda
VI.
DATA
WARNA
|
JARAH
TEMPUH
|
AREA
|
λ
MAKSIMAL
|
Merah
|
23.03
|
348.410
|
532
|
Kuning
|
29.60
|
348.753
|
417
|
Merah
muda
|
34.25
|
463.750
|
509
|
Biru
|
45.74
|
140.368
|
624
|
Coklat
|
51.40
|
444.367
|
471
|
VII.
PEMBAHASAN
Pada
Praktikum kali ini adalah percobaan Kromatografi Lapis Tipis secara
Densiometer. Dalam praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti cara
mencari panjang gelombang ( λ ) maksimum dari suatu bercak/noda pada lempeng KLT.
Kromatografi Lapis Tipis merupakan bentuk kromatografi planar, pada
kromatografi lapis tipis fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform)
pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium
atau plat plastik.
Untuk mencari
panjang gelombang ( λ ) maksimum pada
noda/bercak pada KLT ada tiga komponen yang perlu di ketahui yaitu blangko,
sample dan proses perhitungan (hasil). Dalam mencari keterangan mengenai
blangko yang perlu dilakukan adalah menempatkan sinar diluar noda/bercak pada
lempeng KLT, kemudian lakukan scanner dengan komputer, di dalam komputer,
blangko akan berinisial sebagai CH1. Setelah proses scanner selesai maka akan
muncul peak berwarna biru.
Berbeda
dengan proses scanner sample, sinar ditempatkan persis di tengah-tengah
bercak/noda pada lempeng KLT. Di dalam komputer, sample akan berinisial CH2.
Setelah prosses scanner pada sample selesai, akan muncul peak berwarna merah.
Jika sudah
diperoleh hasil scanner blangko dan sample, dapat dilakukan proses perhitungan
di komputer untuk mendapat peak yang ketiga yaitu peak berwarna merah muda,
dimana puncak dari peak tersebut memberikan informasi berupa panjang gelombang
( λ ) maksimum yang kita cari dari
noda/bercak pada lempeng KLT yang dianalisis. Proses perhitungan dilakukan
dengan rumus CH2 - CH1 = CH3
Dari hasil
scanner dapat diketahui bahwa intensitas warna berbanding lurus dengan panjang
gelombang ( λ ) maksimumnya. Semakin
pekat warnanya maka akan semakin besar panjang gelombang ( λ ) maksimumnya. Berikut merupakan urutan
intensitas warna dari yang paling cerah ke yang paling pekat :
1.
Kuning ( λ max : 417 )
2.
Coklat ( λ max : 471 )
3.
Merah muda ( λ max : 509 )
4.
Merah ( λ max : 532 )
5.
Biru ( λ max : 624 )
Kromatografi lapis tipis memiliki beberapa keuntngan
seperti :
·
Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluorosensi atau dengan radiasi
menggunakan sinar ultraviolet
·
Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan
analisis
·
Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun
(descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi. Ketepatan penentuan kadar akan
lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan brcak yang tidak
bergerak
VIII.
KESIMPULAN
ü Kromatografi
lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
ü Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluorosensi
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
ü Intensitas
warna berbanding lurus dengan panjang gelombang ( λ )
maksimumnya
ü Panjang
gelombang ( λ ) maksimum dari bercak/noda pada lempeng KLT dapat
di analisis dengan alat densitometer ( TLC scanner)
ü Untuk
mencari panjang gelombang ( λ ) maksimum perlu dilakukan 3 tahap yaitu scanner
blangko, scanner sample dan proses perhitungan.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
R. Stock and C. B. F.
Rice. “Chromatographic methods” 2nd edition, 1967. Chapman and Hall Ltd., and Science
Paper backs.
R. J Bannec, The Australian
Science Teachers Journal. December
1972, Vol. 18 no 4 p 79-84
Hostettmann. M,
Hostettmann.K,Marston.A,cara kromatografi preparatif,1995.ITB Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar