Senin, 19 November 2012

LAPORANKUUU...


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KROMATOGRAFI
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENGAN DENSITOMETER (TLC SCANNER) I DAN II”


Disusun oleh :
Dinda Nur M                (17113117A)
Lenny Agustinasari       (17113129A)
Vini Karus S                 (17113246A)
Kelompok : 2

Surakarta, 22 September 2012

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2012

         I.          JUDUL PRAKTIKUM
Kromatografi Lapis Tipis Secara Densitometer (TLC scanner) I dan II

      II.          TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk memperoleh panjang gelombang ( λ ) maksimum dan area dari setiap noda / bercak pada lempeng KLT

 III.            DASAR TEORI
            Kromatografi
                        Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun1903 oleh Tswett, ia telah menggunakanya untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambilkan dari senyawa yang berwarnna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa senyawa yang berwarna tak lama dan  hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukan pada senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.
                        Pada dasarnya cara kromatografi menggunakan dua fasa, yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile). Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi. Keempat macam sistem kromatografi tersebut adalah :
1)      Fasa gerak zat cair, fasa tetap zat padat (Kromatografi serapan)
·         Kromatografi lapis tipis
·         Kromatografi penukar ion
2)      Fasa gerak gas, fasa tetap zat padat
·         Kromatografi gas padat
3)      Fasa gerak zat cair, fasa tetap zat cair (Kromatografi partisi)
·         Kromatografi kertas
4)      Fasa gerak gas, fasa tetap zat cair
·         Kromatografi gas-cair
·         Kromatografi kolom kapiler

            Kromatografi lapis tipis
                                         Kromatografi lapis tipis dibagi menjadi  kromatografi lapis tipis preparatif dan kromatografi lapis tipis sentrifugal.
                                         Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam.
                                         Ketebalan penjerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada KLTP adalah sekitar 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x 20 cm atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat sudah tentu  mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP. Penjerap yang paling umum digunakan ialah silika gel dan dipakai untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hdrofil.
                                         Cuplikan pada KLTP dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri ( heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5% - 10%. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita.
                                         KLTP klasik mempunyai beberapa kekurangan, kekurangan yang utama adalah pengambilan senyawa dari pelat yang dilanjutkan dengan pengekstrasian dari penjerap. Jika senyawa beracun harus dikerok dari pelat, dapat menimbulkan masalah yang serius (misalnya Adolf dkk. 1982). Kekurangan yang lainya ialah jangka waktu yang diperlukn untuk pemisahan dan adanya pencemar dan sisa dari pelat sendiri setelah pengekstrasian pita yang mengandung senyawa yang dipisahkan dengan pelarut (Szekely 1983).
                                         Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, beberapa pendekatan yang melibatkan kromatografi sentrifugal telah dicoba. Pada prinsipnya kromatografi sentrifugal adalah kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleh gaya sentrifugal.
 IV.            ALAT DAN BAHAN
            ALAT : TLC Scanner CS – 930 IPC Shimadzu



            BAHAN : Lempeng KLT yang telah dielusi dan berisi standar dan campuran sampel


    V.            CARA KERJA
·      Menghubungkan alat TLC Scanner CS – 930 IPC kemudian ON – kan 
·      Meletakkan lempeng KLT yang akan diAnalisa pada lempeng yang telah di letakkan
·      Menentukan letak sumbu x, catat angka yang terlihat
·      Menentukan letak sumbu y, catat angka yang terlihat
·      Menentukan angka awal analisis dan akhir analis (bercak). Catat kedua angka yang terlihat
·      Memasukkan semua angka tersebut pada program
·      Menentukan panjang gelombang analisis yang akan digunakan serta sesuaikan dengan dengan sumber cahayanya ( UV : 190 – 380 nm; 360 – 900 nm )
·      Untuk memperoleh data kromatografi yang baik, lakukan integrasi secara manual
·      Mengulangi percobaan dengan cara merubah panjang gelombang dan atau merubah letak analisis pada noda 

 VI.            DATA

WARNA
JARAH TEMPUH
AREA
λ MAKSIMAL
Merah
23.03
348.410
532
Kuning
29.60
348.753
417
Merah muda
34.25
463.750
509
Biru
45.74
140.368
624
Coklat
51.40
444.367
471

VII.            PEMBAHASAN
Pada Praktikum kali ini adalah percobaan Kromatografi Lapis Tipis secara Densiometer. Dalam praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti cara mencari panjang gelombang ( λ ) maksimum dari suatu bercak/noda pada lempeng KLT. Kromatografi Lapis Tipis merupakan bentuk kromatografi planar, pada kromatografi lapis tipis fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium atau plat plastik.
Untuk mencari panjang gelombang ( λ )  maksimum pada noda/bercak pada KLT ada tiga komponen yang perlu di ketahui yaitu blangko, sample dan proses perhitungan (hasil). Dalam mencari keterangan mengenai blangko yang perlu dilakukan adalah menempatkan sinar diluar noda/bercak pada lempeng KLT, kemudian lakukan scanner dengan komputer, di dalam komputer, blangko akan berinisial sebagai CH1. Setelah proses scanner selesai maka akan muncul peak berwarna biru.
Berbeda dengan proses scanner sample, sinar ditempatkan persis di tengah-tengah bercak/noda pada lempeng KLT. Di dalam komputer, sample akan berinisial CH2. Setelah prosses scanner pada sample selesai, akan muncul peak berwarna merah.
Jika sudah diperoleh hasil scanner blangko dan sample, dapat dilakukan proses perhitungan di komputer untuk mendapat peak yang ketiga yaitu peak berwarna merah muda, dimana puncak dari peak tersebut memberikan informasi berupa panjang gelombang ( λ )  maksimum yang kita cari dari noda/bercak pada lempeng KLT yang dianalisis. Proses perhitungan dilakukan dengan rumus CH2 - CH1 = CH3
Dari hasil scanner dapat diketahui bahwa intensitas warna berbanding lurus dengan panjang gelombang ( λ )  maksimumnya. Semakin pekat warnanya maka akan semakin besar panjang gelombang ( λ )  maksimumnya. Berikut merupakan urutan intensitas warna dari yang paling cerah ke yang paling pekat :
1.      Kuning ( λ max : 417 )
2.      Coklat ( λ max : 471 )
3.      Merah muda ( λ max : 509 )
4.      Merah ( λ max : 532 )
5.      Biru ( λ max : 624 )
Kromatografi lapis tipis memiliki beberapa keuntngan seperti :
·         Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet
·         Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis
·         Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan brcak yang tidak bergerak

VIII.            KESIMPULAN
ü  Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
ü  Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi 
warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
ü  Intensitas warna berbanding lurus dengan panjang gelombang ( λ ) maksimumnya
ü  Panjang gelombang ( λ ) maksimum dari bercak/noda pada lempeng KLT dapat di analisis dengan alat densitometer ( TLC scanner)
ü  Untuk mencari panjang gelombang ( λ ) maksimum perlu dilakukan 3 tahap yaitu scanner blangko, scanner sample dan proses perhitungan.

 IX.            DAFTAR PUSTAKA

R. Stock and C. B. F. Rice. “Chromatographic methods” 2nd edition, 1967. Chapman                   and Hall Ltd., and Science Paper backs.

R. J Bannec, The Australian Science Teachers Journal. December
 1972, Vol. 18 no 4 p 79-84

Hostettmann. M, Hostettmann.K,Marston.A,cara kromatografi preparatif,1995.ITB Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar