Jumat, 01 Maret 2013

LAPORAN SMEST4-TEKSEDFAR

LAPORAN RESMI


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
“PENGUJIAN MUTU FISIK TABLET”
Disusun oleh :
Kelompok : A

Galau M E B P M                                                       (17113120A)
Nining kurniasih                                                             (17113256A)
Vini Karus S                                                                  (17113246A)
Surakarta, 1 Oktober 2012

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2012


       I.            TUJUAN
Mahasiswa dapat mengenal, mengerti dan melakukan pengujian mutu fisik tablet

      II.          DASAR TEORI
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)

Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.           Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2.      Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3.      Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4.      Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5.      Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6.      Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7.      Bebas dari kerusakan fisik;
8.      Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9.      Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10.    Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1.      Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2.   Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3.   Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4.   Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.


Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,antara lain :
1.   Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
2.   Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
3.    Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4.    Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5.    Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6.    Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
7.   Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
8.   Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9.    Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10.  Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11.  Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya           lebih rendah;
12.   Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13.  Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
·        Capping             : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari                                           badan tablet
·        Laminasi             : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
·        Chipping            : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
·        Cracking            : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
·        Picking   : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada                                               permukaan punch
·        Sticking   : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
·        Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak                                                    merata

Jenis Sediaan Tablet
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a.            Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b.           Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.

Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a.       Granulasi Basah
Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
                        Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering  ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka  massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
     Keuntungan metode granulasi basah :
·   Memperoleh aliran yang baik
·   Meningkatkan kompresibilitas
·   Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
·   Mengontrol pelepasan
·   Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
·   Distribusi keseragaman kandungan
·   Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
·         Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
·         Biaya cukup tinggi
·         Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air


b.      Granulasi Kering
Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat  melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.
                        Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
     Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
o   Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
o   Zat aktif susah mengalir
o   Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
      Keuntungan cara granulasi kering adalah:
·         Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
·         Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
·         Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
·         Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
·         Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
·         Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang

c.       Metode Kempa Langsung
                        Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa langsung yaitu :
·         Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
·         Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
·         Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
·         Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
o   Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
o   Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
o   Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik

Uji mutu fisik dari suatu obat meliputi :
1.Keseragaman Bobot
            Menurut FI III (1979), Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet. Dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5 % (CV < 5%). Dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-ratanya.
2. Kekerasan Tablet
            Tujuan dilakukan uji kekerasan tablet adalah untuk memperoleh gambaran tetang ketahanan tablet melawan :
- Tekanan mekanik (goncangan)
- Tekanan pada saat pembungkuran, pengangkutan, dan penyimpanan.
Kekerasan tablet yang baik berkisat 4-8 kg dan 7-12 kg untuk tablet kunyah. Alat yang digunakan untuk uji kekerasan tablet adalah Stokes Monsanto Hardness Tester.
Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi vertikal, kemudian spiral pada bagian bawah skala diputar perlahan-lahan sampai tablet pecah. Dibaca skala yang dicapai pada tablet tepat hancur (Gauhar, 2006)
3. Kerapuhan Tablet (Friability Test)
                        Friability test adalah sebuah metode untuk menentukan / mengukur kekuatan fisik tablet non salut terhadap tekanan mekanik atau gesekan
Uji kerapuhan tablet menggunakan alat friability atau abrasive test
Cara penggunaan alat : 20 tablet yang telah dibebasdebukan dan ditimbang dimasukkan ke dalam alat dan diputar selama 4 menit, 25 rpm.
Tablet dikeluarkan dari alat dan ditimbang bobot masing-masing tablet
Hitung prosentasi kehilangan bobot yang dialami tablet oleh alat tersebut.
Tablet yang baik mempunyai kerapuhan kurang dari 0,8% atau 1%.
4. Waktu Hancur
            Waktu hancur merupakan waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet menjadi partikel - partikel penyusunnya bila kontak dengan cairan. Waktu hancur tablet juga menggambarkancepat lambatnya tablet hancur dalam cairan pencernaan (Gauhar, 2006). Dimasukkan 5 tablet ke dalam tabung berbetuk keranjang, kemudian diturunnaikkan tabung secara teratur 30 kali setiap menit dalam medium air dengan suhu antara 36-38 derajat celcius. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kaca. Dicatat lama waktu hancur tablet (Anonim, 1979). Alat yang digunakan sama dengan alat yang digunakan pada uji disolusi tablet
   III.          ALAT DAN BAHAN
ALAT          :  -     Uji kekerasan tablet          : Hardnes tester
-          Uji kerapuhan tablet          : Friabilator
-          Uji waktu hancur              : Desintegration tester
-          Uji keseragaman bobot     : Neraca analitik

BAHAN        : -    Uji kekerasan tablet           : 4 tablet vitamin B6
-          Uji kerapuhan tablet          : 10 tablet vitamin B6
-          Uji waktu hancur              : 6 tablet vitamin B6
-          Uji keseragaman bobot     : 20 tablet vitamin B6

 IV.            CARA KERJA
§  Uji kekerasan tablet
-          Atur tempat sample sesuai dengan diameter tablet
-          Atur sekrup penekan sample sampai tepat diatas tablet
-          Pastikan jarum penunjuk pada posisi nol, dengan menekan tombol reset
-          Tarik tuas dan lepaskan tepat disaat tablet pecah
-          Baca angka kekerasan yang ditunjukan oleh jarum, angka kekerasan tablet dalam satuan kg
-          Ulangi percobaan selama 4 kali
-          Hitung harga puratanya
-          Bersihkan tempat sample dari kotoran yang ada
§  Uji kerapuhan tablet
-          Masukan sample pada tabung fleksiglass setelah dibebas debukan dan ditimbang (Wawal)
-          Nyalakan tombol on/off pada bagian belakang alat
-          Setting alat dengan cara menekan tombol jam, jika sudah menunjukan 00.04.00 alat siap digunakan dengan menekan tombol START
-          Tunggu Hingga Alat Berhenti, keluarkan sample, bebas debukan, dan ditimbang (Wakhir)
Kerapuhan tablet dinyatakan dalam :  x 100 %
-          Bersihkan tabung fleksiglass dari serpihan debu atau sample
§  Uji waktu hancur
-          Masukan enam buah tablet kedalam keranjang Desintegration tester yang berisi 6 tabung, masing-masing tabung diisi satu tablet
-          Masukan air kedalam penangas dengan temperature sebesar 37°C ± 2°C
-          On-kan alat sehingga keranjang akan naik turun kedalam penangas berisi air tersebut dengan kecepatan teratur yaitu 30 kali per menit
-          Jalankan alat sampai semua fraksi pecahan tablet melewati ayakan yang terletak dibagian bawah alat
-          Catat waktu yang diperlukan semua tablet untuk melewati ayakan sebagai waktu hancur tablet
§  Uji keseragaman bobot
-          Timbang 20 tablet dan hitung bobot rata-ratanya
-          Timbang tablet satu per satu, catat bobotnya masing-masing
-          Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B

Bobot rata-rata tablet
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A
B
< 25 mg
15
30
26-150 mg
10
20
151-300 mg
7,5
15
> 300 mg
5
10

    V.            PENGOLAHAN DATA/PERHITUNGAN
§  Uji kekerasan tablet
Tablet
Kekerasan tablet (kg)
1
3,5
2
8
3
5,1
4
2,7
total
19,3
Rata-rata
4,825
Tablet yang memenuhi syarat adalah tablet dengan kekerasan tablet diatas 4 kg.
Kesimpulan : tablet tidak memenuhi syarat kekerasan tablet

§  Uji kerapuhan tablet
Berat awal       = 5,9541 gram
Berat akhir       = 4,3604 gram
Kerapuhan tablet =  x 100 %
                            =  x 100 %
                            = 26,77 %
Batas kerapuhan yang diperbolehkan adalah 0,8%-1%
Kesimpulan : tablet tidak memenuhi syarat kerapuhan tablet




§  Uji waktu hancur
Tablet
Waktu hancur (menit)
1
04:40
2
04:46
3
05:17
4
05:52
5
09:55
6
10:03
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.
Kesimpulan : tablet memenuhi syarat waktu hancur

§  Uji keseragaman bobot
Tablet
Bobot tablet (gram)
Pemenuhan persyaratan
1
0,7303
X
2
0,5088
X
3
0,5874
4
0,5591
X
5
0,5620
6
0,5794
7
0,5788
8
0,6080
9
0,6301
X
10
0,6200
X
11
0,5555
12
0,5128
X
13
0,5722
14
0,6475
X
15
0,7043
X
16
0,5628
X
17
0,5740
18
0,5568
X
19
0,5913
20
0,6552
X
Keterangan
X = tidak memenuh syarat
√ = memenuhi syarat

Perhitungan
Bobot 20 tablet                       = 11,8603 gram
Bobot rata-rata                                    = 0,5935015 gram = 593,015 mg
Penyimpangan kolom A          = 5% x 593,015 mg
                                                            = 29,65 mg
Batas minimal                          = 593,015 mg – 29,65 mg
                                                            = 563, 365 mg
Batas maksimal                       = 593,015 mg + 29,65 mg
                                                            = 622,665 mg

Berat tablet yang memenuhi syarat tidak boleh kurang dari 563,365 mg dan tidak boleh lebih dari 622,665 mg
Dari data diatas ada 11 tablet yang menyimpang
Kesimpulan : tablet tidak memenuhi syarat keseragaman bobot

 VI.            PEMBAHASAN
                        Dalam pengujian mutu fisik suatu tablet digunakan beberapa alat untuk menguji kerapuhan, keseragaman bobot, kekerasan, dan waktu hancur. Alat yang dipakai untuk menguji kekerasan tablet adalah Hardnes tester, untuk menguji kerapuhan tablet adalah Friabilator, untuk menguji waktu hancur adalah Desintegration tester, dan untuk menguji keseragaman bobot digunakan Neraca analitik.
                        Uji keseragaman bobot, pengujian ini dilakukan untuk melihat keseragaman suatu tablet dengan menimbang satu persatu dari tablet yang telah kita kempa kemudian kita rata – rata. Kemudian kita bandingkan dengan persyaratan oleh farmakope indonesia. Menurut FI III (1979), Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet. Dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5 % (CV < 5%). Dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-ratanya. Dalam praktikum ternyata diperoleh data sebagaimana didapat bahwa 11 tablet tidak memenuhi syarat dari farmakope, sehingga tablet tidak memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman  bobot juga dipengaruhi dari proses pengempaan, dan bahan pelicin yang kurang karena sebagian besar dari tablet masi menempel pada punch dan die dari mesin kempa itu sendiri, selain itu kadar air dalam granul juga sangat mempengaruhi melekatnya suatu tablet pada punch dan die itu sendiri kadar air dalam granul yang baik adalah kisaran 2-5%.
                        Uji kekerasan dengan menggunakan hardnestester, dalam pengujian digunakan 4 tablet untuk menguji kekerasan tablet, pertama – tama untuk menguji tablet, tablet di tegak berdirikan secara vertikal di bawah penghimpit dari hardnestester. Kemudian pastikan jarum dalam posisi di angka 0 kg, apabila belum berada di psisi 0 kg, masukan jarum ke lubang untuk membuat 0, setelah itu tarik tuasnya dan baca tingkat kekerasan dari tablet tersebut. Dalam praktikum kekerasan dari ke 4 tablet yang diuji berbeda – beda, faktor tenaga dalam menarik tuas mempengaruhi kekerasan dari tablet itu sendiri, serta kerapatan dan tekanan pada saat pengempaan juga mengakibatkan suatu tablet menjadi keras. Suatu tablet dinyatakan baik apabila kekerasan tablet yang baik berkisar 4-8 kg dan 7-12 kg untuk tablet kunyah.
                        Uji kerapuhan suatu tablet, menggunakan suatu alat yang bernama friabilator, dalam uji kerapuhan digunakan tablet sebanyak 10 tablet, petrama – tama tablet yang akan diuji kerapuhannya harus dibebas debukan terlebih dahulu dengan menggunakan vakum tujuannya adalah membebaskan segala pengotor yang mungkin masih melekat pada tablet, setelah dibebas debukan, tablet ditimbang terlebih dahulu. Setelah penimbangan selesai, masukan ke 10 tablet dalam tabung pemutar, kemudian friabilator akan berputar selama 4 menit dengan putaran 25 putaran permenit (25rpm). Setelah selesai ambil tablet yang masih utuh dan dibebaskan abu kembali dengan fakum lalu di timbang kembali. Tingkat kerapuhan yang baik dari suatu tablet adalah kisaran 0,8-1%. Dalam praktikum kali ini didapatkan hasil yang tidak baik dimana tablet sangat rapuh sekali, tingkat kerapuhannya mencapai 26,77%.
                        Yang terakir adalah uji waktu hancur dari suatu tablet, tablet yang baik dalam formulasi yaitu larut dalam tubuh pada kurun waktu kurang dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut, mesin yang digunakan untuk menguji tingkat kelarutan dari tablet ini adalah Desintegration tester. Dalam pengujian waktu hancur ini suhu dari pelarut dikondisikan seperti suhu tubuh, ditujukan bahwa untuk mengetahui seberapa cepat tablet yang kita buat akan larut dalam tubuh (ibaratnya alat densintegration sebagai tubuh manusia). Dalam pengujian digunakan 6 tablet untuk uji waktu hancur yang dimasukan kedalam tabung densintegrator, masing – masing tabung diberi 1 tablet, kemuidan nyalakan alat dan catat waktu hancur dari tablet yang kita masukan dalam tabung, pastikan bahwa semua tablet larut.
VII.            KESIMPULAN
 Hasil evaluasi tablet vitamin B6 yang kami buat adalah sebagai berikut :
·         Penampilan tablet: bentuk bundar, warna putih susu, permukaan rata dan sedikit  licin dan cetakan garis tengah patah.
·         Uji kerapuhan : 26,77 % dalam tablet yang baik 0,8-1%
·         Uji kekerasan : > 4 kg
Tablet
Kekerasan tablet (kg)
1
3,5
2
8
3
5,1
4
2,7
total
19,3
Rata-rata
4,825

·         Uji waktu hancur :  < 15 menit
Tablet
Waktu hancur (menit)
1
04:40
2
04:46
3
05:17
4
05:52
5
09:55
6
10:03

·         Pengempaan mempengaruhi kekerasan,kerapuhan, serta keseragaman bobot


VIII.            DAFTAR PUSTAKA
§  Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
§  Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.
§  Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press.
§  Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : UI press.
§  Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress.
§  Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT. Anem Kosong Anem.
§  Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen Kesehatan RI.
§  Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
§  Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition. London : The Pharmaseutical Press.
§  Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. Second edition. Washington : American Pharmaseutical Association




Tidak ada komentar:

Posting Komentar